Jumat, 07 Februari 2014

MAKALAH AUDIT MANAJEMEN



I. PENDAHULUAN
A.            Latar Belakang Penelitian

          Perkembangan ekonomi dewasa ini membawa dampak bagi perkembangan dunia usaha. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha ini, ilmu akuntansi berkem- bang menjadi dua kelompok besar yaitu ilmu  accounting dan ilmu auditing. Hal ini  karena ilmu akuntansi selalu dituntut untuk terus berbenah diri dan tumbuh agar dapat mengikuti perkembangan dunia usaha yang semakin kom pleks, khususnya dalam pe- pennyediaan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan bagi pihak-pihak  yang memerlukannya. Salah satu sub bidang dari akuntansi yang dikenal luas adalah auditing. Auditing atau pemeriksaan merupakan sub bidang akuntansi yang meliputi aktivitas pemeriksaan terhadap kebenaran data-data akuntansi secara bebas.Perkembangan ekonomi yang semakin lama semakin cepat mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya supaya tetap bertahan dan berkembang.Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujan untuk memperoleh laba semaksimal mungkin dengan memperhatikan pangsa pasar serta kesempatan yang ada.Untuk mencapai tujuannya maka perusahaan berusaha melakukan penjualan secara optimal dari hasil produksinya dengan selalu memperhatikan besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dalam aktivitas perusahaan untuk mencapai tujuannya, para eksekutif  perusahaan mendelegasikan tugas dan tanggung jawab perusahaan dalam tingkat tertentu. Gaya delegasi bervariatif, dari eksekutif yang menyerahkan kekuasaan penuh sampai eksekutif yang memperlakukan bawahan sebagai asisten, memberikan mereka suatu wewenang dan tanggungjawab yang minimum.Akan, tidak menjadi masalah berapa besar wewenang dan tanggung jawab yang didelegasikan, eksekutif, bukan bawahan, memiliki akuntabilitas penuh untuk tugas, pekerjaan, departemen laba dan sebagainya. Maka eksekutif perlu mengikuti apa yang terjadi dalam perusahaan, divisi, departemen dan tingkat supervisi yang lebih rendah agar dalam penyelenggaraannya, efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi perusahaan dapat terus meningkat.
Audit manajemen ataupun pengawasan intern merupakan kebijakan dari  prosedur spesifikasi yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen, bahwa sasaran dan tujuan penting bagi manajemen perusahaan dapat dipenuhi. Menurut Sukrisno Agoes (1996) manajemen audit adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
Definisi Internal Auditing menurut Institute of Internal Auditor(IIA) yang di- tulis oleh Boyton Johnson Kell di dalam buku Modern Auditing (2002:491) adalah sebagai berikut : “Internal Auditing adalah aktivitas pemberian keyakinan serta kon- sultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki kinerja organisasi“.
Tujuan audit manajemen adalah membantu semua anggota manajemen melak sanakan tanggung jawab mereka secara efektif. Audit manajemen menyediakan analisis, penilaian penilaian, rekomendasi, nasihat dan informasi mengenai kegiatan yang  diperiksanya. Pada akhirnya bertujuan untuk membantu menyelesaikan setiap masalah yang sedang dihadapi oleh organisasi perusahaan.Usaha untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan meneliti dan menilai apakah pelaksanaan pengawasan di bidang akuntansi keuangan dan operasi telah cukup memenuhi syarat.Kemudian melakukan penilaian apakah kebijakan, rencana dan prosedur prosedur yang telah ditetapkan betul-betul ditaati, apakah aktiva perusahaan aman dari kehilangan atau kerusakan dan penyelewengan. Kemudian menilai kecermatan data akuntansi dan data lain dalam organisasi perusahaan. Lalu pada akhirnya menilai mutu atas pelaksanaan tugas-tugas yang telah diberikan pada masing-masing manajemen.
Audit manajemen dapat dilakukan pada semua aspek yang ada dalam perusahaan, yang umumnya meliputi audit manajemen fungsi keuangan, fungsi pemasaran, fungsi sumber daya manusia, fungsi pembelian, fungsi produksi, audit kepastian mutu dan audit pengolahan data elektronik (PDE).Salah satu fungsi manajemen yang memiliki peran yang begitu penting ialah departemen keuangan.Pada perusahaan berskala besar, kegiatan operasional dan biaya yang ada begitu kompleks sehingga peran departemen keuangan menjadi sangat penting. Informasi dari fungsi keuangan menjadi input penting manajemen tingkat atas dalam proses pengambilan keputusan untuk peningkatan kinerja perusahaan. Sebagai salah satu perusahaan yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan, PT.Tirta Makna Bahagia yang bergerak dalam bidang industri air minum dalam kemasan selalu dituntut untuk memberikan hasil terbaik bagi konsumen.
Dalam usahanya untuk memberikan hasil yang terbaik bagi konsumennya, PT.Tirta Makna Bahagia harus didukung oleh departemen keuangan yang bekerja secara efektif dan efisien yang tentunya akan memberikan kontribusi positif bagi manajemen puncak dalam pengambilan keputusan. Walaupun begitu, diduga ada beberapa masalah yang terjadi terkait dengan fungsi keuangan , antara lain:
1.             Adanya beberapa prosedur keuangan yang belum dilaksanakan dengan baik yang bisa mengurangi efektifitas dan efisiensi perusahaan.
2.             Adanya ketimpangan yang terjadi karena adanya rangkap jabatan yang tidak semestinya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menggunakan audit manajemen untuk menilai efektifitas dan efisiensi kegiatan fungsi keuangan pada PT.Tirta Makna Bahagia. Oleh karena itu, penulis mengambil judul :“Audit Manajemen atas Fungsi Keuangan pada PT.TirtaMakna Bahagia, Makassar”
B.            Rumusan Masalah
Dalam kaitannya dengan uraian tersebut di atas, maka penulis mengajukanrumusan masalah yaitu “ Apakah Audit manajemen atas fungsi keuangan yang dilakukan oleh perusahaan sesui dengan harapan.

C.           Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan audit manajemen fungsi keuangan adalah sebagai berikut :
1.             Mengidentifikasi aspek-aspek sistem dan prosedur fungsi keuangan PT. Tirta Makna Bahagia Makassar kemudian memberikan solusi (rekomendasi perbaikan) terhadap masalah-masalah yang membuat fungsi keuangan PT. Tirta Makna Bahagia Makassar berjalan kurang efisien, efektif dan ekonomis.
2.             Menunjukan bahwa audit manajemen dapat digunakan dalam mengevaluasi efektifitas dan efisiensi program suatu organisasi dan sekaligus mengevaluasi kesesuaian pelaksanaannya.
D.           Kegunaan Penelitian
1.        Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan secara mendalam dibidang audit khususnya mengenai audit manajemen fungsi keuangan dan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
2.        Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi (rekomendasi perbaikan) terhadap masalah-masalah yang membuat fungsi keuangan PT. Tirta Makna Bahagia Makassar berjalan kurang efisien dan efektif serta menjadi bahan pertimbangan pihak manajemen untuk senantiasa melakukan audit manajemen terhadap fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan.

   II.      TINJAUAN PUSTAKA
A.           Audit Manajemen
1.         Pengertian Audit Manajemen
Fungsi pengawasan dan pengendalian manajemen, menimbulkan aktivitas audit (pemeriksaan). Secara lebih luas audit juga dibutuhkan dalam menilai pertanggungjawaban manajemen kepada berbagai pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan. Dari hasil audit dapat diketahui apakah laporan yang diberikan oleh manajemen sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi atau apakah operasi yang berjalan sesuai dengan ketentuan, peraturan, dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.
Menurut Dale L. Flesher and Steward Siewert yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal, “An operational audit is an organized search for ways of improving efficiency and effectiveness. It can be considered a form of constructive criticism
”. Menurut Holmes dan Overmyer (1975) yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal, “ The management audit means the examination and evaluation of all information gathering functions and all phases of management functions and activities, in order to ascertain if operating are conducted in a effective and efficient manner”. R.A Supriyono (1990) memberikan definisi audit manajemen sebagai berikut: “Audit manajemen sebagai suatu proses pemeriksaan secara sistematik yang dilaksanakan oleh pemeriksa independen untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti secara objektif atas prosedur dan kegiatan-kegiatan manajemen, serta mengkomunikasikan hasil pemeriksaannya kepada atasan manajer yang diperiksa dan disertai dengan bukti dan suati rekomendasi kemungkinan tindakan koreksi”. Siagian (2001) mendefinisikan audit manajemen sebagai suatu bentuk pemeriksaan yang bertujuan untukmeneliti dan menilai kinerja perusahaan yang disoroti dari sudut pandang peningkatan efisiensi, efektifitas dan ptroduktivitas kerja dalam berbagai komponennya.
Menurut Institute of Internal Auditor (IIA) yang ditulis oleh Boyton Johnson Kell di dalam buku Modern Auditing (2002:491) “Internal Auditing adalah aktivitas  pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki kinerja organisasi“. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa audit manajemen merupakan bentuk pemeriksaan untuk menilai, menganalisis, meninjau ulang hasil
perusahaan, apakah telah berjalan secara ekonomis, efisien dan efektif serta mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dan kemudian melaksanakan pengujian dan penelaan atas ketidakhematan, ketidakefisiensian maupun ketidakefektifan untuk selanjutnya memberikan rekomendasi–rekomendasi perbaikan demi tercapainya tujuan perusahaan.
2.        Tujuan dan Manfaat Audit Manajemen

Dari ketujuh definisi audit manajemen di atas, dapat diketahui tujuan dan  manfaat audit manajemen, yaitu sebagai berikut :
a.              Untuk memberikan informasi kepada manajemen mengenai efektifitas suatu unit atau fungsi.
b.             Untuk mengetahui tindakan yang bersifat perventif, artinya untuk menilai apakah ada situasi dalam perusahaan yang potensial dapat menjadi masalah di masa depan meskipun pengamatan sepintas mungkin menunjukkan bahwa situasi demikian tidak dihadapi perusahaan.
c.              Untuk membandingkan hasil kerja perusahaan secara keseluruhan atau berbagai komponen di dalamnya dengan standar yang mencakup berbagi bidang kegiatan dan berbagai sasaran perusahaan yang ditetapkan sebelumnya.
d.             Untuk dijadikan sebagai upaya investigasi. Bagi manajemen untuk memutuskan melaksanakan audit manajemen ialah karena ada sinyal elemen bahwa dalam perusahaan terdapat masalah tertentu yang harus segera diketahui penyebabnya dan dengan demikian dapat diambil langkah-langkah untuk mengatasinya. Siagian (2001) mengatakan bahwa kalangan manajemen menunjukkan sambutan terhadap perkembangan audit manajemen karena jika digunakan dengan tepat maka audit manajemen bisa memberi manfaat yang besar yaitu:
a)        Memungkinkan manajemen mengidentifikasikan kegiatan operasional dalam perusahaan yang tidak memberikan kontribusi dalam perolehan keuntungan.
b)        Membantu manajemen dalam peningkatan produktifitaskerja dari berbagai komponen organisasi.
c)        Memungkinkan manajemen mengidentifikasi hambatan dan kendala yang dihadapi dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan mengambil langkah strategis untuk mengatasi dan menghilangkannya.
d)       Memantapkan penerapan pendekatan kesisteman dalam menjalankan roda organisasi.
e)        Memungkinkan manajemen pada berbagai tingkat menentukan strategi yang tepat.
f)         Membantu manajemen merumuskan pedoman teknis operasional bagi para pelaksana berbagai kegiatan dalam perusahaan yang akan membantu para tenaga kerja operasional melakukan kegiatan masing-masing dengan tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi
g)        Mengidentifikasikan dengan tepat berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi dalam manajemen sumber daya manusia.
h)        Membantu manajemen menilai perilaku bawahan dalam menyediakan informasi bagi pimpinan sesuai dengan kebutuhan pimpinan pada berbagai hierarki perusahaan.
Apabila audit manajemen dilakukan secara berkala maka audit manajemen bisa menunjukkan masalah ketika masalah tersebut masih berskala kecil. Dengan demikian audit manajemen merupakan alat manajemen yang membantu manajemen dalam mencapai tujuan karena tindakan korektif dapat dilakukan untuk pemecahan masalah apabila ditemukan inefisiensi dan inefektifitas.
3.        Ruang Lingkup Dan Sasaran Audit Manajemen
Ruang lingkup audit manajemen meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen. Ruang lingkup ini dapat berupa seluruh kegiatan atau dapat juga hanya mencakup bagian tertentu dari program/aktivitas yang dilakukan. Periode audit juga bevariasi, bisa untuk jangka waktu satu minggu, beberapa bulan, satu tahun bahkan untuk beberapa tahun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan yang menjadi sasaran dalam audit manajemen adalah kegiatan, aktivitas, program dan bidang-bidang dalam perusahaan yang diketahui atau diidentifikasi masih memerlukan perbaikan/peningkatan, baik dari segi ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas. Sasaran pemeriksaaan dapat dibagi menjadi tiga elemen penting, yaitu:
a.         Kriteria (Criteria)
Kriteria merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap individu/ kelompok di dalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.
b.        Penyebab (Cause)
Penyebab merupakan tindakan (aktivitas) yang dilakukan oleh setiap individu/kelompok di dalam perusahaan.Penyebab dapat bersifat positif, atau sebaliknya negatif, program-program/aktivitas berjalan dengan tingkat efektivitas, efisiensi yang lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan.
c.         Akibat (effect)
Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang berhubungan dengan penyebab tersebut.Akibat negatif menunjukan program/aktivitas berjalan dengan tingkat pencapaian yang lebih rendah dari kriteria yang ditetapkan.Sedangkan akibat positif menunjukan bahwa program/aktivitas telah berjalan secara baik dengantingkat pencapaian yang lebih tinggi dari kriteria yang ditetapkan.
4.        Perbedaan Audit Manajemen dan Audit Keuangan 
Audit manajemen dirancang untuk menemukan penyebab dan kelemahan- kelemahan yang terjadi pada pengolahan program/aktivitas perusahaan, menganalisis akibat yang ditimbulkan oleh kelemahan tersebut dan menentukan tindakan perbaikan yang berkaitan dengan kelemahan tersebut agar dicapai perbaikan pengelolaan dimasa yang akan datang. Berbeda dengan audit keuangan yang menekankan auditnya pada data-data transaksi, proses pencatatan, dan laporan akuntansi yang dibuat perusahaan.
5.        Tipe Audit Manajemen
Menurut Tunggal (2000), terdapat tiga kategori audit manajemen, yaitu:
a.         Audit Fungsional (Functional Audit)
Suatu audit fungsional berhubungan dengan satu atau fungsi yang lebih banyak dalam suatu organisasi. Ia mungkin berhubungan dengan fungsi upah untuk suatu divisi untuk perusahaan secara keseluruhan. Suatu audit fungsional mempunyai keuntungan memungkinkan spesialisasi olehauditor. Staf auditor tertentu dalam manajemen audit dapat mengembangkan keahlian dalam area, seperti perekayasaan produki. Mereka dapat lebih efisien menghabiskan semua waktu mereka dalam memeriksa area tersebut. Kelemahan dalam audit fungsional ialah kealpaan dalam menilai fungsi yang saling behubungan.
b.         Audit Organisasional (Organizational Audit)
Suatu unit organisasional berhubungan dengan unit organisasi secara keseluruhan, seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Tekanan dalam audit organisasi adalah bagaimana efisien dan efektifnya fungsi-fungsi berinteraksi. Rencana organisasi dan metode untuk mengkoordinasikan aktivitas khususnya adalah penting untuk tipe auditini.
c.         Penugasan Khusus (Special Asignment)
Penugasan khusus audit manajemen timbul karena permintaan manajemen. Terdapat variasi yang luas untuk audit demikian. Sebagai contoh, audit ini termasuk menentukan sebab-sebab suatu sistem EDP yang tidak efektif, penyelidikan kemungkinan adanya kecurangan dalam divisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu produk.
6.        Karakteristik Audit Manajemen
Audit manajemen mempunyai beberapa karakteristik penting. Karakteristik tersebut meliputi :

a.         Tujuan Pemeriksaan.
Tujuan pemeriksaan manajemen adalah membantu semua peringkat manajemen dalam meningkatkan perencanaan dan pengendalian manajemen dengan cara mengidentifikasi aspek-aspek sistem dan prosedur serta rekomendasi kepada manajemen untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan ekonomisasi.
b.        Independensi.
Agar manfaat pemeriksaan manajemen dapat dicapai, maka pemeriksaan tersebut harus bersifat independen.
c.         Pendekatan Sistematis.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit manajemen perlu digunakan pendekatan yang sistematis dan metode-metode yang konsisten.
d.        Kriteria Prestasi.
Dengan kriteria prestasi pelaksanaan dapat dibandingkan dan dievaluasi.
e.         Bukti Pemeriksaan.
Auditor harus dapat merencanakan dan melaksanakan prosedur yang dirancang untuk memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung temuan–temuan dan kesimpulan-kesimpulan serta rekomendasi yang dibuatnya.
f.         Pelaporan dan Rekomendasi.
Karakteristik yang membedakan antara audit manajemen dengan jenis audit lainnya adalah terletak pada laporan audit. Dalam audit manajemen , laporan audit menekankan pada temuan-temuan selama pemeriksaan, pembuatan kesimpulan, dan rekomendasi untuk meningkatkan sistem perencanaan dan pengendalian manajemen.
7.        Prinsip Dasar Audit Manajemen
Ada tujuh prinsip dasar yang harus diperhatikan auditor agar audit manajemen dapat mencapai tujuan dengan baik. Menurut IBK.Bayangkara (2008:5) dalam bukunya yang berjudul ”Audit Manajemen Prosedur danImplementasi” yang menyebutkan tujuh prinsip dasar, yaitu :
1)        Audit dititik beratkan pada objek audit yang mempunyai peluang untuk diperbaiki.
2)        Prasyarat penilaian terhadap kegiatan objek audit
3)        Pengungkapan dalam laporan tentang adanya temuan-temuan yang bersifat positif.
4)        Indentifikasi individu yang bertanggung jawab terhadap kekurangan-kekurangan yang terjadi.
5)        Penentuan tindakan terhadap petugas yang seharusnya bertanggung jawab.
6)        Pelanggaran hukum.
7)        Penyelidikan dan pencegahan kecurangan.
8.        Yang Melakukan Audit Manajemen
Menurut Tunggal (2000) bahwa pihak-pihak yang bisa melakukan audit manajemen antara lain:
a)        Internal Auditor
Apabila perusahaan memiliki komite audit sendiri maka biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas tersebut kecil dibanding dengan menggunakan jasa pihak lain. Internal auditor yang bekerja untuk perusahaan tertentu tentunya akan berusaha mengembangkan kemampuannya dalam rangka kemajuan perusahaan tersebut.
b)        Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah dapat juga diminta untuk melakukan pemeriksaan manajemen.Mereka biasanya memberi perhatian kedua-duanya, baik audit keuangan dan audit manajemen.
c)        Akuntan Publik
Perusahaan juga bisa menunjuk sebuah kantor akuntan publik untuk melakukan pemeriksaan manajemen. Biasanya penugasan ini terjadi hanya kalau perusahaan tidak mempunyai staf internal audit atau staf internal audit kurang keahliaannya dalam area tertentu. Sebagai contoh, suatu perusahaan meminta kantor akuntan menilai efisiensi dan efektifitas dari sistem komputernya.
9.        Tahap - Tahap Audit Manajemen
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen. Secara garis besar dapat dikelompokan manjadi lima menurut IBK.Bayangkara dalam bukunya yang berjudul “Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi” (2008:9) yang menyebutkan lima tahapan audit manajemen, yaitu :
a.              Audit Pendahuluan
b.             Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen
c.              Audit Terperinci
d.             Pelaporan
e.              Tindak lanjut
Penjelasan mengenai tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen adalah sebagai berikut:
1.             Audit Pendahuluan.
Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap objek audit yang dilakukan.Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan dan kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengindentifikasi hal-hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. Auditor mungkin menggunakan daftar pertanyaan, flow chart, tanya jawab, laporan manajemen, dan observasi dalam pelaksanaan audit pendahuluan.
Daftar pertanyaan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang mempengaruhi efektivitas, efisiensi dan performa operasi. Auditor kemudian akan menilai jawaban yang diperoleh, kemudian auditor mengumpulkan bukti-bukti untuk memperkuat jawaban yang diterima.
2.        Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen.
Pada tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil pengujian ini, auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada objek audit sehingga dengan lebih mudah dapat diketahui potensi-potensi terjadinya kelemahan pada berbagai aktivitas yang dilakukan.
Jika dihubungkan dengan tujuan audit sementara yang telah dibuat pada audit pendahuluan, hasil pengujian pengendalian manajemenini dapat mendukung tujuan audit sementara tersebut menjadi tujuan audit sesungguhnya, atau mungkin ada beberapa tujuan audit sementara yang gugur, karena tidak cukup (sulit memperoleh) bukti-bukti yang mendukung tujuan audit tersebut.
3.        Audit Terinci
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah dilakukan. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang cukup, relevan, dan kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja audit (KKA) untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan.Kertas kerja dapat diorganisir berdasarkan sub unit dari usaha yang diaudit (seperti berdasarkan cabang, bagian), urutan prosedur audit dilaksanakan (seperti audit pendahuluan, bukti) atau setiap sistem logis yang mempertinggi pemahaman auditor terhadap pekerjaan yang dilakukan. Tujuan mengumpulkan bukti-bukti adalah untuk mendapatkan dasar faktual dalam menilai kriteria performa yang sebelumnya diidentifikasi.
4.        Pelaporan.
Tahapan ini bertujuan untuk mengomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk meyakinkan pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan. Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif (menyajikan temuan-temuan penting hasil audit untuk mendukung kesimpulan audit dan rekomendasi).Rekomendasi harus disajikan dalam bahasa operasional dan mudah dimengerti sertamenarik untuk ditindaklanjuti.Walaupun laporan formal dapat dianggap sebagai langkah terakhir dalam manajemen audit.Laporan informal ini harus dibuat selama audit.Sebagai contoh, apabila auditor menemukan suatu ineffisiensi yang serius selama survei pendahuluan.Ia harus menyelidiki, menilai dan melaporkan segera daripada menunggu audit selesai.


5.        Tindak lanjut
Sebagai tahap akhir dari audit manajemen, tindak lanjut bertujuan untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Auditor tidak memiliki wewenang untuk mengharuskan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.
Oleh karena itu, rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit seharusnya sudah merupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan tindakan perbaikan tersebut. Suatu rekomendasi yang tidak disepakati oleh objek audit akan sangat berpengaruh pada pelaksanaan tindak lanjutnya. Hasil audit menjadi kurang bermakna apabila rekomendasi yang diberikan tidak ditindaklanjuti oleh pihak yang diaudit.
10.    Laporan Hasil Audit
Hasil akhir dari audit manajemen adalah laporan hasil audit. Laporan audit manajemen perlu disusun secara cermat, jelas, ringkas dan objektif. Laporan hasil audit manajemen pada umumnya berisi penjelasan mengenai tujuan dan ruang lingkup penugasan, prosedur dan pendekatan yang digunakan oleh pemeriksa, temuan-temuan dan hasil pemeriksaan serta rekomendasi untuk perbaikan. Laporan hasil pemeriksaan hendaknya meliputi dan disusun secara berurutan sebagai berikut :
a.         Informasi latar belakang Informasi latar belakang yang disajikan oleh pemeriksa harus dapat memberikan gambaran latar belakang permasalahan yang sama diantara pemeriksa dan pengguna laporan. Informasi tersebut antara lain :
1.         Kapan organisasi itu didirikan.
2.        Apa tujuan pendirian organisasi, pelaksanaan kegiatan atau tujuan program.
3.        Apa karakteristik kegiatan dan seberapa luas ruang lingkup aktivitasnya.
4.        Siapa yang mengepalai organisasi dan siapa saja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan atau program.
5.        Alasan apa yang mendasari dilakukannya audit manajemen.
b.         Kesimpulan audit yang disertai dengan bukti-bukti yang mendukung tujuan audit.
c.         Rumusan saran yang berhasil diformulasikan.
Saran-saran yang diajukan oleh pemeriksa pada umumnya berupa anjuran yang berisikan hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan untuk mendorong organisasi melakukan perbaikan atas kinerja yang akan datang. Rumusan saran harus singkat karena ditujukan untuk memberikan dasar perbaikan prestasi manajemen di masa yang akan datang, dirumuskan dengan mengingat prinsip biaya efektifitas serta sifat praktis. Wewenang untuk melakukan tindak lanjut dan upaya perbaikan tetaplah pada manajemen organisasi.
d.        Lingkup pemeriksaan
Lingkup pemeriksaan menunjukkan berbagai aspek kegiatan pihak kedua dan periode waktu kegiatan yang ditinjau kembali oleh pemeriksa.Lingkup pemeriksaaan harus juga mengidentifikasi secara jelas seberapa mendalam peninjauan kembali yang dilakukan untuk masing-masing aspek kegiatan pihak kedua.Laporan tersebut hendaknya dapat memberikan motivasi kepada unit manajemen yang diperiksa untuk melaksanakan tindak lanjut atas rekomendasi-rekomendasi yang disajikan dalam laporan tersebut.
B.            Fungsi Keuangan
1.    Pengertian Fungsi Keuangan
Fungsi keuangan bertujuan untuk mengatur pencarian sumber – sumber dana yang dibutuhkan bagi perusahaan dan kemudian mengatur penggunaan dari dana yang telah diperolehnya itu. Sumber dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber dana intern yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri maupun sumber dana ekstern yang berasal dari luar perusahaan.
Dalam buku “Manajemen audit” yang ditulis oleh Hamilton (1986:40) menyatakan bahwa dalam perusahaan skala besar ataupun kecil, fungsi keuangan adalah sebagai alat utama dalam proses pembentukan keputusan dengan alasan :
a.              Bagian keuangan memberikan petunjuk yang berarti untuk meningkatkan siasat keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang
b.             Pengarahan dan dukungan dapat diberikan oleh bagian keuangan dalam menghasilkan pendapatan bersih dan pengambilan modal selama periode berjalan.
2.    Kegiatan Fungsi Keuangan
Berdasarkan data setiap hari, fungsi keuangan memainkan peranan dalam bidang usaha yang utama seperti strategi harga dan analisis biaya yang dibutuhkan.Strategi harga dalam perusahaan adalah merupakan suatu unsur kritik dalam perencanaannya. Pemikiran harga yang ditingkatkan harus menunjukan bukti peningkatan keuangan yang layak seperti untuk keuntungan jangka pendek, perkembangan dan peningkatan dimasa yang akan datang.
Fungsi keuangan harus menjamin adanya sistem yang sama untuk penyusunan kegiatan dan biaya-biaya diluar kegiatan pokok. Halini harus disusun dengan baik untuk melengkapi manajemen dengan peralatan yang memadai untuk memonitor kegiatan organisasi yang sempurna serta unsur-unsurpelaksanaan.
Audit manajemen terdiri dari dua dasar fungsi yang tetap objektif tetapi berbeda objeknya, yaitu :
a.         Memeriksa dan mengevaluasi keefektifan bagian keuangan dalam pemberian pengarahan dan penelitian keuangan yang meliputi keseluruhan organisasi termasuk pelaksanaan dari berbagai macamunit.
b.        Pemeriksaan ini adalah untuk mengatur efisiensi di dalam fungsi keuangan yang berhubungan dengan keuangan, akuntansi, budget dan pedoman kebijaksanaan dan standar-standar.
3.    Prosedur Pengendalian Fungsi Keuangan
Prosedur pengendalian dapat ditetapkan pada suatu jenis transaksi atau diterapkan secara luas dan diintegrasikan dalam komponen tertentu lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi. Halim (1997) selanjutnya mengklasifikasikan prosedur pengendalian sebagai berikut :
a.         Otorisasi yang semestinya dan transaksi dan kegiatan
b.        Pemisahan tugas dan tanggung jawab yang memadai
c.         Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai
d.        Perlindungan yang memadai atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan dan catatan.
e.         Pengecekan secara independen atas pelaksanaan dan penilaian yang semestinya terhadap jumlah yang harus dicatat.
C.           Hipotesis
Berdasarkan masalah di atas diduga bahwa fungsi manajemen keungan pada PT. Tirta Magna Bahagia Makassar belum berjalan secara efektip da efisien.


III. METODE PENELITIAN
A.           Daerah dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian dalam skripsi ini adalah PT.Tirta Makna Bahagia yang bergerak di bidang industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang terletak di Jalan Andi Pettarani No.18, Makassar.Sedangkan waktu yang digunakan dalam melakukan penelitian yaitu bulan Aoril dan bulan Mei tahun 2014
B.            Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data kualitatif.Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian dalam bentuk informasi baik secara lisan maupun tulisan.Contohnya bisa berupa penjelasan dari pejabat yang berwenang langsung terhadap kebijakan perusahaan yang dilaksanakan, job description, dan struktur organisasi perusahaan.
C.           Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data berasal dari :
1.      Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Data tersebut diperoleh dengan cara melakukan pengamatan langsung dan wawancara atau pengajuan pertanyaan kepada pejabat perusahaan yang bersangkutan.

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian yang sudah terolah dan dalam  bentuk dokumen-dokumen serta arsip-arsip perusahaan yang berkaitan dengan penelitian ini. Contohnya ialah sejarah perusahaan, struktur organisasi, job description, dan data-data lain yang relevan dengan penulisan ini.
D.           Metode Operasional
1.      Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini dilakukan dengan berkunjung langsungke tempat penelitian untuk memperoleh data-data yang relevan dengan penelitian baik melalui wawancara langsung ataupun dengan menjalankan kuisioner kepada pejabat yang berwenang.
2.      Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan dengan membaca buku atau literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
E.            Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tahapan audit manajemen, yaitu sebagai berikut:
1.      Survei Pendahuluan (Relimenary Survey).
Tujuan dari survei pendahuluan adalah untuk mendapatkan informasi umum dan latar belakang dalam waktu yang relatif singkat mengenai semua aspek organisasi kegiatan program atau sistem yang dipertimbangkan untuk diperiksa agar dapat diperoleh pengetahuan atau gambaran yang memadai mengenai objek pemeriksaan.
2.      Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen (Review and Testing of Management Control System).
Tahap ini dimaksudkan untuk mendapatkan bukti-bukti mengenai ketiga elemen dari tujuan pemeriksaan sementara (tentative audit objective) yaitu kriteria, penyebab dan akibat dengan melakukan pengetesan terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang berkaitan dengan sistem pengendalian manajemen dan untuk memastikan bahwa bukti-bukti yang diperoleh dari perusahaan adalah kompeten jika audit diperluas dalam pengujian terinci(detailed examination).
3.      Pengujian Terinci (Detailed Examination).
Pada tahap ini auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang cukup kompeten material dan relevan untuk dapat menentukan tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan manajemen dan pegawai perusahaan yang merupakan penyimpangan-penyimpangan terhadap kriteria dalam tujuan pemeriksaan yang pasti (firm audit objective) dan bagaimana akibat dari penyimpangan-penyimpangan tersebut dan besar kecil akibat tersebut yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Bukti yang dikumpulkan harus diikthisarkan masing-masing berkaitan dengan kriteria, penyebab dan akibat
4.      Pengembangan Laporan (Report Development).
Temuan audit harus dilengkapi dengan kesimpulan dan saran dan harus direview oleh manajer audit sebelum didiskusikan dengan auditee. Komentar dari auditee mengenai apa yang disajikan dalam konsep laporan harus diperoleh.


 DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno.1996. Auditing: Pemeriksaaan  Akuntan. Jilid II. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Boynton, William, Raymond N, Johnson,Walter G.Kell.2003. Modern  Auditing. Ahli Bahasa: Ichsan Stiyo Budi dan Herman Wibowo. Jakarta: Erlangga, Edisi Ketujuh.
Courtemanche,Gil.1997. Pandangan Baru Internal Auditing. Editor:Hiro Tugiman. Yogyakarta:Kanisius.
Hamilton, Alexander.1986. Manajemen Audit : meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Surabaya:Usaha Nasional.
IBK. Bayangkara.2008. Audit Manajemen:Prosedur dan Implementasi. Jakarta:Salemba Empat.
Jung,ST.Dian.2001. Audit Manajemen:Efektifitas dan Efisiensi Perusahaan Anda. Jakarta :PT.Bumi Aksara
Siagian, P.Sondang.2001. Audit Manajemen. Jakarta:Bumi Aksara.
Tunggal, Amin Widjaya.2000. Management Audit:suatu pengantar. Cetakan kedua.Jakarta : Rineka Cipta.
2000. Audit Manajemen Kontemporer .Cetakan kedua.  Jakarta:Harvarindo.
Widjayanto,Nugroho.1985. Pemeriksaan Operasional Perusahaan. Jakarta:LPFE Universitas Indonesia






31
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar