BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang
saling berinteraksi secara intensif.Interaksi tersebut disusun dalam suatu
struktur yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar
pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya maka
dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku, dan
lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini disebut dengan
manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership)
(Siagian, 1980)
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada
pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual.Adapun
keterampilan personal menjadi terpinggirkan.Padahal sejatinya efektifitas
kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung
pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan
personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan
perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan
melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi,
kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif,
kemampuan memahami relasi antar konsep kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam
organisasi, kemampuan memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta
kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.
Upaya membangun keterampilan personal tersebut selaras
dengan perkembagan kekinian rumpun kajian Organizational Studies (Teori
Organisasi, Perilaku Organisasi, Manajemen SDM, dan Kepemimpinan), yang
menemukan kontekstualisasinya dalam semangat pendekatan human relations.
Organisasi birokrasi publik pun idealnya tidak terlepas dari arah perkembangan
ini. Dalam hal ini, paradigma organisasi birokratik-weberian yang berkarakter
(terlalu) impersonal dan dingin, mendapatkan tantangan serius dari paradigma
post-birokrasi yang lebih humanis
Kreativitas penting bagi pengambil keputusan, hal ini
memungkinkan pengambil keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan memahami
masalah, termasuk melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain,
namum kenyataannya banyak pemimpin dalam pengambilan keputusan tidak
memperhatikan perilaku pemimpin yang baik. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:
1.
Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas
kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang
lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
2. Efektivitas
kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
3. Efektivitas
kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku
seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan
perkembangan
5. Kehidupan
organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau
menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.
B.
Rumusan
Masalah
Pada
makalah ini penulis akan membahas masalah :
1.
Peran kepemimpinan
2. Hakekat
pengambilan keputusan
3.
Peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui peran kepemimpinan
2.
Pemimpin Yang Sejati
3. Untuk
mengetahui hakekat dalam pengambilan keputusan
4.
Untuk mengetahui peran kepemimpinan dalam
pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Peran Kepemimpinan
Sebelum membahas tentang pembagian peran kepemimpinan
terlebih dahulu kita akan memaparkan tentang pengertian peran kepemimpinan itu
sendiri. Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas
sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Dalam pengertian
lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki
jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama
bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui
perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan
organisasi. Sedangkan pengertian peran adalah perilaku yang diatur dan
diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu.Jadi dari keterangan di atas
dapat disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang
diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang
pemimpin. Beberapa peran/fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1.
Fungsi
Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat
perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku
penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
Manfaat – manfaat tersebut antara
lain:
a. Perencanaan
merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaanuntuk memutuskan
apa yang akan dilakukan
b.
Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan
disertai keputusan – keputusan yang berdasarkan atas fakta – fakta yang
diketahui
c.
Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri
ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan
dicapai.
Perencanaan meliputi dua hal,
yaitu:
a. Perencanaan
tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan darurat,
dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
b. Perencanaan
tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan – kegiatan yang akan
dilakukan atas dasar jangka panjang dan penentukan prosedur – prosedur yang
diperlukan.
Setiap rencana yang baik akan
berisi:
a.
Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami
b. Penggunaan
sumber – sumber enam M secara tepat
c. Cara dan
prosedur untuk mencapai tujuan tersebut
2.
Fungsi
memandang ke depan
Seorang
pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa
yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan
jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat
berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang
merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi
baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi
hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
3.
Fungsi
pengembangan loyalitas
Pengembangan
kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk para pemimpin
tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini,
seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran,
kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak
buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari
loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4.
Fungsi
Pengawasan
Fungsi
pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan
pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat segera
diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung
menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana .
5.
Fungsi
mengambil keputusan
Pengambilan
keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan.Oleh sebab
itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan.Bahkan
ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan,
komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.\
6.
Fungsi
memberi motivasi
Seorang
pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya.Pemimpin
harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar
rajinbekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang
dipimpinnya.Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau
ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa
hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.
Di lain
pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak
buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga
merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang
setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi fungsi ini sebaik-
baiknya, seorang pemimpin perlu menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan
baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman yang
telah diberikan kepada mereka.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan
baik, antara lain:
1)
Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas
kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang
lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
2)
Efektivitas
kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
3)
Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk
“membaca” situasi
4)
Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja,
melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan
5)
Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat
tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya
untuk mencapai tujuan organisasi.
B.
Pemimpin
Sejati
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan
hasil dari prooses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri
seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran
dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya
mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberaniannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi
pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar, melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam siri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership
from the inside out).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau
jabatan seseorang.Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan
merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi
dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi
lingkungan social dan bukan bagi negerinya. “I don’t think you have to be
waering stars on your shoulders or a title to be leader. Anybody who want to
raise his hand can be a leader any time”, dikatakan lugas oleh General Ronal
Fogleman, Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya “saya tidak
berfikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin.
Orang lain yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu”.
Sring sekali seorang epmimpin sejati tidak diketahui
keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas
terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakaan bahwa merekalah yang
melakukan sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat
(encourager), motivator, inspirator, dan maximize.
Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan
mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru
mengharapkan penghormatan dan pujan (honor & praise) dari mereka yang
dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa
dirilah seorang peimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang
didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati
dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar
Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari Negara yang rasialis menjadi Negara
yang demokratis dan merdeka. Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah
apharteid, justru melahirkan perubahan pada diri beliau. Sehingga beliau
menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah
membuatnnya menderita selama bertahun-tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth
Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keliar untuk melayani
mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang
pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa
kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi
kesulitan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan
pernah menjadi pemimpin sejati.
Empat
Kriteria Pemimpin Sejati yaitu:
1.
Visioner,
yaitu punya tujuan pasti dan jelas serta tahu kemana akan membawa para
pengikutnya. Tujuan hidup Anda adalah poros hidup Anda, Andy Stanley dalam
bukunya visioneering, mmelihat pemimpin yang punya visi dan arah yang jelas,
kemungkinan berhasil/sukses lebih besar daripada mereka yang hanya menjalankan
sebuah kepemimpinan.
2.
Sukses
bersama, yaitu membawa sebanyak mungkin pengikutnya untuk sukses bersamanya,
pemimpin sejati bekanlah mencari keuntungan atau sukses hanya bagi dirinya
sendiri, namun ia tidak kuatir dan takut serta malah terbuka untuk mendorong
orang-orang yang dipimpin bersama-sama dirinya meraih kesuksesan bersama.
3.
Mau
Terus Menerus Belajar dan Diajar (Teachable and Learn continous), yaitu banyak
hal yang harus dipelajari oleh seorang pemimpin jika ia ma uterus survive
sebagai pemimpin dan dihargai oleh para pengikutnya. Punya hati yang mau diajar
baik oleh pemimpin lain ataupun bawahan dan belajar dari pengalaman diri dan
orang-orang lain adalah penting bagi seorang pemimpin. Memperlengkapi diri dengan
buku-buku bermutu dan bacaan/bahan yang positif juga bergaul akrab dengan para
pemimpin akan mendorong skill kepemimpinan akan mengingat.
4.
Mempersiapkan
calon-calon pemimpin masa depan, yaitu pemimpin sejati bukanlah orang yang
hanya menikmati dan melaksanakan kepemimpinannya seorang diri bagi generasi
atau saat dia memimpin saja, namun lebih dari itu, dia adalah seorang yang
visioner yang mempersiapkan pemimpin baerikutnya barulah dapat disebut seorang
Pemimpin Sejati. Di bidang apapun dalam berbagai aspek kkehidupan ini, seorang
pemimpin Sejati pasti dikatakan sukses jika ia mampu menelorkan para pemimpin
muda lainnya.
Ciri
Pemimpin Sejati:
1.
Integritas
Melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang anda katakana akan anda lakukan. Integritas
membuat anda dapat dipercaya. Integritas membuat orang lain mengandalkan anda.
Intregitas adalah penepatan janji-janji anda. Satu hal yang membuat sebagian
besar orang enggan menggikuti anda adalah bila mereka tak sepenuhnya merasa
yakin bahwa anda akan membawa mereka kepada tujuan yang anda janjikan.
2.
Optimisme
Tak ada
orng yang mau menjadi pengikut anda bila anda memandang suram masa depan. Mereka hanya mau mengikuti seseorang yang
bisa mmelihat masa depan dan memberitahukan pada mereka bahwa didepan sana
terbentang tempat yang lebih baik dan mereka dapat mencapai tempat itu.
3.
Menyukai
Perubahan
Pemimpin
adalah mreka yang melihat adanya kebutuhan akan perubahan, bahkan mreka
bersedia untuk memicu adanya perubahan itu. Sedangkat pengikut lebih suka untuk
tinggal di tempat mereka sendiri. Pemimpin melihat adanya kebaikan di balik
perubahan dan mengkomunikasinya dengan para pengikut mereka. Jika anda tidak
berubah, anda takkan berkembang.
4.
Berani
Menghadapi Resiko
Kebanyakan
orang menghindari resiko. Padahal, kapanpun kita mencoba sesuatu yang baru,
kita harus siap menghadapi rediko. Keberanian untuk mengambil resiko adalah
bagian dari pertumbuhan yang teramat penting. Para pemimpin menghitung resiko
dan keuntungan yang ada di balik resiko. Mereka mengkomunikasikannya pada
pengikut mereka dan melangkah pada hari esok yang lebih baik.
C.
Hakekat
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan
alternatif.Hal ini berkaian dengan fungsi manajemen.Misalnya, saat manajer
merencanakan, mengelola, mengontrol, mereka membuat keputusan.Akan tetapi, ahli
teori klasik tidak menjelaskan pengambilan keputusan tersebut secara
umum.Pelopor teori manajemen seperti Fayol dan Urwick membahas pengambilan
keputusan mengenai pengaruhnya pada delegasi dan otoritas, sementara bapak manajemen-Frederick
W. Taylor- hanya menyinggung metode ilmiah sebagai pendekatan untuk pengambilan
keputusan.Seperti kebanyakan aspek teori organisasi modern, analisis awal
pengambilan keputusan dapat ditelusuri pada Chester Barnard. Dalam The
Functions of the Exec Barnard memberikan analisis komprehensif mengenai
pengambilan keputusan menyatakan "Proses keputusan ... merupakan teknik
untuk mempersempit pilihan."
Kebanyakan pembahasan proses pengambilan keputusan terbagi
dalam beberapa langkah. Hal ini dapat ditelusuri dari ide yang dikembangkan
Herbert A. Simon, ahli teori kepufusan dan organisasi yang memenangkan hadiah
Nobel, yang mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses pengambilan
keputusan:
1.
Aktivitas inteligensi. Berasal dari pengertian militer
"intelligence," Simon mendeskripsikan tahap awal ini sebagai
penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan keputusan.
2. Aktivitas
desain. Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan, pengembangan,
dan analisis masalah.
3.
Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan terakhir ini
merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia
Berhubungan dengan tahap-tahap tersebut, tetapi lebih
empiris (yaitu, menelusuri keputusan sebenarnya dalam organisasi), adalah
langkah pengambilan keputusan menurut Mintzberg dan koleganya:
1)
Tahap identifikasi, di mana pengenalan masalah atau
kesempatan muncul dan diagnosis dibuat. Diketahui bahwa masalah yang berat
mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tetapi masalah yang
sederhana tidak.
2) Tahap
pengembangan, di mana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar yang ada
untuk mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa proses desain merupakan
proses pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide
solusi ideal yang tidak jelas.
3)
Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada
tiga cara pembentukan seleksi: dengan penilainn pembuat keputusan, berdasarkan
pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis; dengan analisis alternatif yang
logis dan sistematis; dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok
pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada. Sekali keputusan diterima
secara formal, otorisasi pun kemudian dibuat.
Gambar 1.
Tahap Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Menurut Mintzberg
Gambar 1 merangkum tahap pengambilan keputusan berdasarkan
penelitian Mintzberg.Baik terekspresi dalam tahap Simon maupun Mintzberg,
terdapat langkah awal yang dapat diidentifikasi yang menghasilkan aktivitas
pemilihan dalam pengambilan keputusan. Perlu dicatat bahwa pengambilan
keputusan merupakan proses dinamis, terdapat banyak celah berupa umpan balik
dalam setiap tahap. "Celah umpan balik dapat disebabkan oleh masalah
waktu, politik, ketidaksetujuan antarmanajer, ketidakmampuan untuk
mengidentifikasi alternatif yang tepat atau mengimplementasikan solusi,
pergantian manajer, atau munculnya alternatif baru secara tiba-tiba. Yang
penting adalah pengambilan keputusan merupakan proses dinamis. Proses dinamis
ini mempunyai implikasi perilaku dan strategis pada organisasi. Penelitian
empiris terbaru mengindikasikan bahwa proses keputusan yang mencakup pembuatan
pilihan strategis menghasilkan keputusan yang baik dalam organisasi tetapi
masih terdapat banyak masalah, yakni manajer mengambil keputusan yang salah.
Kembali ke peranan dominan yang dimainkan teknologi informasi dalam analisis
dan praktik pengambilan keputusan yang efektif, relevansi studi dan aplikasi
perilaku organisasi ini adalah apa yang disebut perilaku pengambilan keputusan.
D.
Peran
Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar
perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan
mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas
pemimpin.Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan,
seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.
Dilain hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku
mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin.Oleh sebab itu, untuk mengetahui
baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang
ditimbulkannya.Melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya.
Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan,
sehingga:
1.
Teori keputusan meupakan metodologi untuk
menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam
konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif
2.
Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana
seorang manajer memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser
jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer,
secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi terutama
informasi bisnisnya
3.
Pengambilan keputusan adalah proses memlih di
antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat
dari beberapa aspek, yaitu: proses dan gaya pengambilan keputusan.
1. Proses pengambilan keputusan
Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:
a. Identifikasi masalah
b. Mendefinisikan masalah
c. Memformulasikan dan
mengembangkan alternative
d. Implementasi keputusan
e. Evaluasi keputusan
2. Gaya pengambilan keputusan
Selain
proses pengambilan keputusan, terdapat juga gaya pengambilan keputusan. Gaya
adalah lear habit atau kebiasaan yang dipelajari.
Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi
oleh dimensi:
1. Cara berpikir, terdiri dari:
1)
Logis dan rasional; mengolah informasi secara
serial
2)
Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
2. Toleransi terhadap ambiguitas
1)
Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi
dengan cara meminimalkan ambiguitas
2)
Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi,
sehingga dapat memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.
Kombinasi dari kedua dimensi diatas menghasilkan gaya
pengambilan keputusan seperti:
1)
Direktif = toleransi ambiguitas rendah dan mencari
rasionalitas. Efisien, mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi jangka
pendek
2) Analitik
= toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas. Pengambil keputusan
yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru
3) Konseptual
= toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi jangka panjang,
seringkali menekan solusi kreatif atas masalah
4)
Behavioral = toleransi ambiguitas rendah dan
intuitif. Mencoba menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka berikut adalah upaya-upaya
yang perlu ditempuh seperti:
1.
Cerna masalah
Sejalan
dengan peran kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalahan tentang
tujuan dan metode. Dalam kondisi seperti ini peran pemimpin adalah mengambil
inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan arah daripada metode dan cara.
2.
Identifikasi alternativ
Kemampuan
untuk memperoleh alternativ yang relevan sebanyak-banyaknya.
3.
Tentukan proritas
Memilih
diantara banyak alternativ adalah esensi dari kegiatan pengambilan keputusan.
4.
Ambil langkah
Upaya
pengambilan keputusan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan berlanjut
pada langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan balik.
Pengambilan
keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan.Oleh sebab
itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan.Bahkan
ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan,
komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
Dalam
setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya dari
:
a.
Perasaan, firasat atau intuisi
b.
Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi
fakta-fakta secara rasional – sistematis.
c.
Pengalaman baik yang langusng maupun tidak
langsung.
d.
Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil
keputusan.
Dalam
pengambilan keputusan seorang pemimpin dapat menggunakan metode – metode
sebagai berikut:
a. Keputusan–keputusan
yang sifatnya sederhana individual artinya secara sendirian.
b. Keputusan–keputusan
yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus menerus dapat diserahkan kepada
orang – orang yang terlatih khusus untuk itu atau dilakukan dengan menggunakan
komputer.
c. Keputusan–keputusan
yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti menjadi tanggung jawab masyarkat
lebih baik diambil secara kelompok atau majelis.
Keputusan-keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab
masalahnya menyangkut perhitungan–perhitungan secara teknis agae diambil dengan
bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan
alternatif.Hal ini berkaian dengan fungsi manajemen. Menurut Herbert A. Simon,
ahli teori keputusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama
dalam proses, pengambilan keputusan:
(1) Aktivitas inteligens
(2) Aktivitas desain
(3) Aktivitas memilih
Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan
sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia. Sedangkan Mintzberg
dan koleganya mengemukakan tentang langkah-langkah pengambilan keputusan,
yaitu:
(1) Tahap identifikasi
(2) Tahap pengembangan
(3) Tahap seleksi.
Pemimpin adalah seseorang yang melaksanakan beberapa hal
yang benar atau sering disebut “people
who do the right thing”.Sementara manajer adalah seseorang yang harus
melaksanakan sesuatu secara benar atau disebut “people who do things
right”.Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya
dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil
tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin.Sehingga jika
seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat
menjadi pemimpin.
Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh
seorang pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat
dijalankan dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan
dalam bentuk penghargaan dan insentif.Sebagai sumber inspirasi, seorang
pemimpin tidak hanya menunjukkan dalam kata dan ucapan saja, melainkan juga
tindakan dan perilaku sehari-hari. Orang berharap seorang pemimpin yang
menunjukkan optimisme, segar, antusias, energik, dan berpikir positif pada masa
depan. Kepemimpinan yang inspiratif memberikan banyak orang kemampuan untuk
menggali makna dan menemukan tujuan hidup.
B.
Saran
Hendaknya pembaca jika menjadi seorang pemimpin dalam suatu
organisasi dapat mengambil keputusan yang tepat dan menerapkan gaya kepmimpinan
sesuai dengan situasi dengan berbagai pertimbangan yang telah diperhutungkan
secara matang.
DAFTAR PUSTAKA
Pudjo Sumedi,(2010). Organisasi dan Kepemimpinan,
Jakarta, Uhamka Press.
Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rivai, Veithzal, 2007. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
R
Waye Pace dan Don F. Faules.Komunikasi
organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Penerj. Dan Ed. Deddy
Mulyana. Bandug : Rosda, 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar