BAB I
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Setiap individu
dalam organisasi membuat keputusan. Para manajer puncak,sebagai contoh
menetukan tujuan organisasi mereka, produk atau jasa apa yang akan di produksi,
bagaimana sebaiknya mengorganisasikan dan mengkoordinasikan unit kegiatan dan sebagainya, termasuk
manajer tingkat menengah atau bawah tergantung pada kewenangannya
masing-masing.
Kualitas keputusan
manjerial merupakan ukuran dari effektivitas manejer. Proses pengambilan
keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia sebagai
individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi. Salah satu
pentingnya adalah pengambilan keputusan.
Tidak ada
pembahasan pengambilan
keputusan akan lengkap
tanpa dimasukkanya etika, mengapa, karena pertimbangan etis seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan organisasional. Pada ksempatan kali
ini kami penyusun akan membahas etika dalam pengambilan keputusan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Etika
Etika
(Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama
yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti
kebiasaan atau adat istiadat. Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika digunakan
untuk menunjukkan dan menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral,
perintah, tindakan kebajikan dan suara hati. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Pada
pengertian yang paling dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang digunakan
memutuskan apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam suatu situasi
tertentu; memutuskan apa yang konsisten dengan system nilai yang ada dalam
organisasi dan diri pribadi.
Etika juga
diartikan pula sebagai yang berkaitan dengan studi tentang tindakan-tindakan
baik ataupun buruk manusia di dalam mencapai kebahagiaannya. Apa yang
dibicarakan di dalam etika adalah tindakan manusia, yaitu tentang kualitas baik
atau buruk atau nilai-nilai tindakan manusia untuk mencapai kebahagiaan serta
tentang kearifannya dalam bertindak.
Etika
dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat
spontan kita Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena
pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk
itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia.
Menurut Mathis dan Jackson, etika
memiliki dimensi-dimensi konsekuensi luas, alternatif ganda, akibat berbeda,
konsekuensi tak pasti, dan efek personal.
a. Konsekuensi
Luas : keputusan etika membawa konsekuensi yang luas. Misalnya, karena
menyangkut masalah etika bisnis tentang pencemaran lingkungan maka diputuskan
penutupan perusahaan dan pindah ke tempat lain yang jauh dari karyawan. Hal itu
akan berpengaruh terhadap kehidupan karyawan, keluarganya, masyarakat dan
bisnis lainnya.
b. Alternatif
Ganda : beragam alternatif sering terjadi
pada situasi pengambilan keputusan dengan jalur di luar aturan. Sebagai contoh,
memutuskan seberapa jauh keluwesan dalam melayani karyawan tertentu dalam hal
persoalan keluarga sementara terhadap karyawan yang lain menggunakan aturan
yang ada.
c. Akibat
Berbeda : keputusan-keputusan dengan
dimensi-dimensi etika bisa menghasilkan akibat yang berbeda yaitu positif dan
negatif. Misalnya mempertahankan pekerjaan beberapa karyawan di suatu pabrik
dalam waktu relatif lama mungkin akan mengurangi peluang para karyawan lainnya
untuk bekerja di pabrik itu. Di satu sisi keputusan itu menguntungkan
perusahaan tetapi pihak karyawan dirugikan.
d. Ketidakpastian
Konsekuensi
: konsekuensi keputusan-keputusan
bernuansa etika sering tidak diketahui secara tepat. Misalnya pertimbangan
penundaan promosi pada karyawan tertentu yang hanya berdasarkan pada gaya hidup
dan kondisi keluarganya padahal karyawan tersebut benar-benar kualifaid.
e. Efek
Personal :
keputusan-keputusan etika sering mempengaruhi kehidupan karyawan dan
keluarganya, misalnya pemecatan terhadap karyawan disamping membuat sedih si
karyawan juga akan membuat susah keluarganya. Misal lainnya, kalau para
pelanggan asing tidak menginginkan dilayani oleh “sales” wanita maka akan
berpengaruh negatif pada masa depan karir para “sales” tersebut.
B. Etika
Pengambilan Keputusan
Seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral.
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang
lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi
nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak
hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak
termasuk lingkungannya. Maka ada baiknya sebelum kita mengambil keputusa, kita
harus mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
I.
Autonomy
Isu
ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugikan terhadap orang
lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang.
Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses
pengambilan keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan
biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah
mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk hidup.
II.
Non-malfeasance
Apakah
keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap
peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai
bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya,
dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.
III.
Beneficence
Merupakan
keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik
yang bisa diambil.
IV.
Justice
Proses
pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk
implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang
sempurnam namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang
ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
C. Kriteria
Pengambilan Keputusan Yang Etis
Pengambilan
keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari seorang si
pengambil keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam pengambilan keputusan yang
etis diantaranya adalah:
a.
Pendekatan bermanfaat
adalah
konsep tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi
jumlah terbesar.
b.
Pendekatan individualisme
adalah
konsep tentang etika bahwa suatu tindakan dianggap pantas ketika tindakan
tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang indivudu.
c.
Konsep etika
adalah menyangkut
keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-hak yang harus dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan :
Ø hak persetujuan bebas. Individu akan
diperlakukan hanya jika individu tersebut secara sadar dan tidak terpaksa
setuju untuk diperlakukan.
Ø hak atas privasi. Individu dapat
memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar pekerjaanya.
Ø hak kebebasan hati nurani. Individu
dapat menahan diri dari memberikan perintah yang melanggar moral dan norma
agamanya.
Ø hak untuk bebas berpendapat.
Individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas tindakan yang
dilakukan orang lain.
Ø hak atas proses hak. Individu berhak
untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas perlakuan yang adil.
Ø hak atas hidup dan keamanan.
Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman terhadap kesehatan dan
keamananya.
D.
Pilihan-pilihan Etis Seorang Manajer
Ø Tingkat prekonvesional mematuhi
peraturan untuk menghindari hukuman. Bertindak dalam kepentingannya sendiri.
Ø Tingkat konvensional menghidupkan
pengharapan orang lain. Memenuhi kewajiban
Ø Tingkat poskonvensional mengikuti
prinsip keadilan dan hak yang dipilih sendiri. Mengetahui bahwa orang-orang
menganut nilai-nilai yang berbeda dan mencari solusi kreatif untuk mengatasi
dilema etika. Menyeimbangkan kepentingan diri dan kepentingan orang banyak.
E.
Teori Pengambilan Keputusan Dalam
Hadapi Etik/Moral
a. Teori Utilitariansme adalah tindakan
dimaksudkan untuk memberikan kebahagiaan atau kepuasan yang maksimal
b. Teori Deontologi adalah tindakan
berlaku umum & wajib dilakukan dalam situasi normal karena menghargai:
Norma yang berlaku, Misal kewajiban melakukan pelayanan prima kepada semua
orang secara obyektif.
c. Teori Hedonisme merupakan dasar yang
menjadi alasan kepuasan Yang ditimbulkannya mencari kesenangan, menghindari
ketidaksenangan.
d. Teori Eudemonisme adalah tujuan
akhir untuk kebahagiaan.
F. Factor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan
Beberapa tahap yang menjadi factor
keberhasilan sebuah keputusan, diantaranya:
I.
Tahap perkembangan moral :
Tahap
ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas seseorang untuk
menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral
seorang berarti makin kurang ketergantungannya pada pengaruh- pengaruh luar
sehingga ia akan makin cenderung berperilaku etis. Sebagai contoh, kebanyakan
orang dewasa berada dalam tingkat menengah dari perkembangan moral,
mereka sangat dipengaruhi
oleh rekan sekerja
dan akan mengikuti aturan
dan prosedur suatu
organisasi.
Individu-individu yang telah
maju ketahap-tahap yang lebih tinggi menaruh nilai yang bertambah pada
hak-hak orang lain, tak peduli akan pendapat mayoritas, dan
kemungkinan besar menantang praktik-praktik organisasi yang mereka yakini
secara pribadi sebagai sesuatu hal yang keliru.
II.
Lingkungan Organisasi
Dalam
lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan mengenai pengharapan
(ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu mendorong dan mendukung
perilaku etis dengan meberi ganjaran atau menghalangi perilaku tak-etis dengan
memberikan hukuman/sangsi. Kode etis yang tertulis, perilaku moral yang tinggi
dari para seniornya, pengharapan yang realistis akan kinerja, penilaian kinerja
sebagai dasar promosi bagi individu-individu, dan hukuman bagi
individu-individu yang bertindak tak-etis merupakan suatu contoh nyata dari
kondisi lingkungan organisasional sehingga kemungkinan besar
dapat menumbuh kembangkan
pengambilan keputusan yang sangat etis.
III.
Tempat kedudukan kendali
Tempat kedudukan
kendali tidak lepas
dengan struktur organisasi, pada umumnya individu-individu yang memiliki
moral kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya
untuk mengambil keputusan yang
tak-etis, namun jika
mereka dikendalai oleh lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya
yang sedikit banyak tidak menyukai
pengambilan keputusan etis, ada
kemungkinan individu- individu
yang telah mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari oleh suatu lingkaungan
organisasi sebagai tempat kedudukannya yang mengizinkan atau mendorong
praktik-praktik pengambilan keputusan tak-etis.
G. DASAR
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
I.
Berdasarkan intuisi atau perasaan
Keputusan yang
diambil berdasarkan perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan factor kejiwaan
lagi. Meskipun memiliki beberapa kekurangan keputusan yang didasari intuisi
atau perasaan juga memiliki keuntungan diantaranya pengambilan keputusan
dilakukan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
II.
Berdasarkan
rasional atau masuk akal
K e p u t u s a n y a n g b e r s i f a t r a s I o n a l b e r k a i t a n d e n g a n
d a y a g u n a m a s a l a h - masalah
yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan
rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat.
III.
Berdasarkan
fakta
B a n y a k yang
berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta
yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkandengan istilah data dan
informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan
data.Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan
dari data. Dengan
demikinan, data harus diolah lebih dulu
menjadi informasi yang kemudian dijadikan
dasar
pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah
fakta, data atau informasi yang c u k u p I t u m e m a n g m e r u
p a k a n k e p u t u s a n y a n g
b
a I k d a n s o l i d .
IV.
Berdasarkan
pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman sering
kali diterapkan pimpinan dengan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini
sebelumnya pernah terjadi.
Jika ternyata
permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat
apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat
ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang
timbul.dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan
pedomandalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman
sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan
untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana
arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
V.
Berdasarkan
wewenang
Setiap orang yang menjadi pimpinan
organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka
menjalankan kegiatan demi tercapainya
tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa
keuntungan, diantaranya
banyak diterimanya oleh bawahan, juga karenad idasa r i wewena ng yang resmi maka akan lebih bersif at permanen. ·
banyak diterimanya oleh bawahan, juga karenad idasa r i wewena ng yang resmi maka akan lebih bersif at permanen. ·
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
pemaparan pembahsan makalah di atas kami penyusun dapat menyimpulkan yaitu:
1) Etika (Yunani Kuno: “ethikos”,
berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama yang mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Kata etika
berasal dari bahasa Yunani, ethos atau taetha yang berarti kebiasaan atau adat
istiadat.
2) Idealnya, seorang pemimpin mempunyai
integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan
yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri,
melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Maka, ada
baiknya sebelum Anda mengambil keputusa mengacu pada prinsip-prinsip Autonomy,
Non-malfeasance, Beneficence, Justice,dan Fidelity.
3) Ada 3 kriteria dalam pengambilan
keputusan yaitu; Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), Pendekatan
individualism, dan konsep etika yang menjaga hak individu.
4) Factor yang pengambilan keputusan
yaitu; tahap perkembangan moral, lingkungan organisasi, dan tempat kedudukan
terkendali.
4) Dasar pengambilan kepputusan yaitu:
berdasarkan intuisi atau perasaan, berdasarkan rasional ataumasuk akal,
berdasarkan fakta,berdasarkan pengalaman, berdasarkan wewenang.
SEMOGA
BERMANFAAT KAWANKU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar